Tuesday, August 31, 2010

Ciri Orang Beriman

1. Orang-orang yang sentiasa berpegang kepada isi ajaran al-Quran dan hadis Rasulullah.
2. Orang-orang yang tekun melakukan amalan yang wajib disamping amalan sunat.
3. Orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna.
4. Orang-orang yang memelihara solatnya dan khusyuk dalam solatnya.
5. Orang-orang yang sentiasa bercakap benar.
6. Orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.
7. Orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan tidak menyombongkan diri.
8. Orang-orang yang sentiasa mengeratkan silaturrahim dan membantu sesama muslim.
9. Orang-orang yang melakukan amalan dengan ikhlas dan tidak bertujuan menunjuk-menunjuk(riak).
10. Orang-orang yang suka bersedekah, beramal jariah, dan tidak berlebihan dalam berbelanja(tidak boros)
11.Orang-orang yang mengeluarkan zakat.
12. Orang-orang yang sabar menghadapi dugaan dan sabar apabila marah.
13.Orang-orang yang menjaga pergaulannya dan menjaga auratnya.
14. Orang-orang yang sentiasa mencintai akan kebaikan.
15.Orang yang tidak mencintai dunia semata-mata dan tidak lalai dengan kesibukan dunia.
16. Orang-orang yang percaya perkara ghaib seperti hari akhirat, Malaikat, syurga dan neraka.
17.Orang-orang yang berjihad di jalan Allah.
18.
Orang-orang yang mencintai Rasulullah dengan selalu berselawat dan mengamalkan sunnahnya.
19. Orang-orang yang takut akan Allah swt, sambil berdoa, mudah-mudahan dia terhindar dari seksa Allah swt.

Tuesday, August 24, 2010

MENDEKATKAN DIRI KPD ALLAH SWT

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keuntungan. (surah Al Maidah:ayat 35)

1. Solat wajib tepat waktu,
berzikir kepada Allah, selalu berdoa dan berselawat. Dengan solat, berdo'a dan zikir kepada Allah, InsyaAllah hati menjadi tenang, damai dan semakin dekat dengan-Nya.Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Ankabut 5)

2. Solat tahajud
Dengan solat tahajud InsyaAllah cenderung mendapatkan perasaan tenang. Hal ini mungkin kerana di tengah kesunyian malam yang keadaan keheningan dan ketenangan suasana, tentu saja semua itu hanya dapat terjadi atas izin-Nya. Pada malam hari, diri ini tidak lagi disibukkan dengan urusan pekerjaan ataupun urusan-urusan duniawi dan seterusnya dapat lebih khusyuk ketika menghadap kepada-Nya.

3. Mengingat kematian yang dapat datang setiap saat
Kematian sebenarnya sangat dekat, lebih dekat dari urat leher kita. Dan dapat secepat kilat menjemput.

4. Membayangkan tidur di dalam kubur.
Membayangkan tidur dalam kuburan yang sempit , gelap dan sunyi saat kita mati nanti. Semoga amal ibadah kita selama di dunia ini dapat menemani kita di alam kubur nanti.

“Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya).”
(surah An Naazi’aat: ayat 34-39)

5. Membayangkan kedahsyatan seksa neraka.
Azab Allah sangat pedih bagi yang tidak menjauhi larangan-Nya dan tidak mengikuti perintah-Nya. Ya Allah jauhkanlah kami dari seksa neraka-Mu, karena kami sangat takut akan seksa neraka-Mu.Ya Allah bimbinglah kami agar dapat memanfaatkan sisa hidup kami untuk selalu dijalan-Mu..

Dan Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak menderhakai Allah Subhanahu wata’ala terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At Tahrim: 6)


6. Membayangkan syurga-Nya.
Kesenangan duniawi hanya bersifat sementara, sangat singkat dibanding dengan kenikmatan di akhirat yang tidak dibatasi waktu.Semoga kita dapat selalu mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dan Insya Allah diizinkan untuk meraih Syurga-Nya. Amin…..

7a. Mengikuti pengajian agama secara rutin seminggu satu kali (minimum), dua kali atau lebih. Insya Allah... dengan mendengar mengikuti pengajian, akan meningkatkan keimanan kerana selalu diingatkan kembali utk selalu dekat kpd Allah SWT. Perlu dicatat, kerana iman boleh turun atau naik, maka harus dijaga agar iman tetap stabil pada keadaan tinggi/ kuat dengan mengikuti pengajian dsb.

7b. Bergaul dengan orang-orang soleh.
Seperti sudah dijelaskan di atas bahawa tingkat keimanan kita boleh turun atau naik, untuk itu perlu dijaga agar tingkat keimanan kita tetap tinggi. Berada pada lingkungan yang baik dimana orang-orangnya dekat dengan Allah SWT, Insya Allah juga akan membawa kita untuk semakin dekat kepada-Nya.

8. Membaca Al Qur'an dan maknanya (erti dari setiap ayat yang dibaca)
Insya Allah dengan membaca Al Qur'an dan maknanya, akan menjadikan kita makin dekat dengan-Nya.

9. Menambah pengetahuan keIslaman dengan berbagai cara, Antara lain dengan : membaca buku, membaca di internet (tentang pengetahuan Islam, artikel Islam, tausyiah dsb), melihat video Islamik yang dapat meningkatkan keimanan kita.

10. Merasakan kebesaran Allah SWT, atas semua ciptaan-Nya seperti Alam Semesta (nikmat yang tidak berbatas) berserta semua isinya.

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,berkatalah Musa:
“Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”.
Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) nescaya kamu dapat melihat-Ku”.
Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama beriman”. (surah Al A’raaf:ayat 143)

11. Merenung semua kejadian alam yang terjadi di sekeliling kita (tsunami, gunung meletus, gempa dsb).Dimana semua itu mungkin berupa ujian keimanan, peringatan, atau teguran bagi kita agar kita selalu ingat kepada-Nya/ mengikuti perintah-Nya. Bukan semakin tersesat ke perbuatan maksiat atau perbuatan lain yang dilarang oleh-Nya. Ya Allah kami mohon bimbingan-Mu agar kami dapat selalu bertaubat atas semua kesalahan yang kami perbuat, meninggalkan larangan-Mu dan kembali ke jalan-Mu ya Allah.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (iaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari seksa Neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam Neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (Ali Imran: ayat 190-192)

12. Mensyukuri begitu besar nikmat yang sudah diberikan oleh Allah SWT
Jangan selalu melihat ke atas, lihatlah orang lain yang lebih susah. Begitu banyak nikmat yang diberikan oleh-Nya.Saat ini kita masih boleh bernafas, masih bisa makan, bisa minum, masih mempunyai keluarga, masih mempunyai apa yang kita miliki saat ini,masih mempunyai panca indera mata, hidung, telinga dan...masih boleh bernafas (masih diberi kesempatan hidup). Masih lagikah kita tidak bersyukur dan tidak berterima kasih pada-Nya.

  1. Solat sunat disamping solat wajib, siang mahupun malam hari
  2. Rutin membaca dan mentadabburi Al-Qur’an
  3. Zikir dan tasbih mengagungkan nama Allah diwaktu pagi, petang dan malam hari
  4. Berbuat baik kepada semua mahluk Allah
  5. Selalu bersyukur dengan pemberian Allah
  6. Berpuasa sunat diluar bulan puasa Ramadhan
  7. Berusaha membebaskan diri dari kecintaan pada kehidupan dunia
  8. Sabar dan redha atas berbagai musibah dan cubaan yang datang
  9. Menjauhkan diri dari sifat tercela seperti sombong, riak, ujub, iri hati, dengki, dendam, menipu, pemalas ,mengumpat dll
  10. Menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang Allah seperti zina, melihat perkara haram, judi, khianat,rasuah dll

Thursday, August 12, 2010

Wajib sambung tugas rasul



SETIAP kita kena berdakwah untuk mengajak manusia kepada Islam. Islam itu agama dakwah seperti Rasulullah pernah lakukan.
Kekuatan kita dan umat Islam zaman berzaman terletak di atas kesungguhan berdakwah untuk menyelamatkan orang daripada azab Allah.

Apabila kita tidak buat usaha dakwah dan sibuk dengan mencari harta dunia, maka agama lain akan datang termasuk Kristian dan agama sesat baru muncul serta menyesatkan manusia.

Kristian sebenarnya adalah agama yang sudah habis tempoh laku (expiry date). Bagaimanapun, kerana pendakwah Kristian tekun dan bersungguh-sungguh melaksanakan usaha mereka, agama itu seolah-olah lebih hebat dari Islam.

Apabila kita cuma amalkan Islam secara sendirian dan bukannya secara berjemaah seperti diamalkan Rasulullah s.a.w. dan sahabatnya selagi itulah misi Kristianisasi akan menyerang kita.

Kita kena melihat dakwah sebagai tugas terhormat untuk kita semua menjadi mulia di sisi Allah. Dakwah, satu kalimah yang mungkin selalu kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari.
 
Mungkin ketika berbual dengan kawan di pejabat, atau dalam tazkirah di masjid dan surau. Apabila ditanya kepada masyarakat kebanyakan berkenaan pengertian dakwah, pelbagai versi pengertian dakwah akan diberi mengikut pemahaman masing-masing.

Ada yang mengertikan dakwah dengan kerja mengajak orang jadi baik saja ataupun ajak orang pergi masjid semata-mata.
Ada juga yang memberi pengertian bahawa dakwah ini adalah kerja untuk mengajak kepada yang makruf dan membanteras kemungkaran.

Ada juga yang faham dakwah adalah hak milik eksklusif ustaz yang mengajar di masjid saja, tak perlulah bukan ustaz atau bukan budak sekolah agama hendak menyibuk dalam urusan dakwah.

Ada juga yang berpendapat tidak payahlah aku ini nak penat-penat masuk kumpulan dakwah atau fikir pasal dakwah, cukuplah asal aku dan keluarga aku jadi baik, aku boleh pergi masjid lima kali sehari semalam, boleh ajar anak aku mengaji, Ramadan boleh puasa lepas tu bayar zakat dan kalau ada duit lebih sikit pergi buat haji serta umrah.

Percaya atau tidak, kebanyakan masyarakat Muslim hari ini mempunyai minda yang macam itu ataupun lebih kurang macam itu. Eh, salah ke?

Nanti dulu, kefahaman dakwah itu bukan boleh main agak-agak macam itu saja. Bukan isu remeh-temeh dan ranting, tapi dakwah ini satu tugas besar yang diwarisi daripada nabi sejak zaman-berzaman lagi.

Kalau risalah ini dibawa nabi, maknanya ia memang perkara yang sangat penting untuk kehidupan manusia. Cuba kita kaji betul-betul apa yang dibawa nabi dari dahulu sampai sekarang? Adakah sekadar hendak ajak kawan jadi baik saja?

Rasa-rasanya kalaulah risalah yang dibawa Rasulullah sekadar hendak ajak orang jadi baik saja maka tidak perlulah Rasulullah serta sahabat bersusah-payah berjuang hingga sampai kena bina negara.

Tidak berhenti setakat itu saja, risalah kemudian disampaikan ke segenap pelosok muka bumi oleh sahabat dan tabiin hingga ke China.

Dakwah adalah satu usaha secara tersusun untuk menyampaikan Islam dan menegakkan ketuanan Islam di muka bumi ini supaya semua manusia dapat menikmati keindahan Islam dan bebas dari perhambaan sesama manusia.

Tugas dakwah tidak terhad kepada keluarga kita semata-mata bahkan melangkau jauh sempadan geografi setiap negara.

Ia adalah tugas global apabila kita yang bertuah dilahirkan sebagai umat Islam dan setiap orang daripada kita bertanggungjawab untuk tugas dakwah terbabit.

Ia bukan tanggungjawab ustaz semata-mata, bahkan kita akan dipertanggungjawabkan atas urusan berkenaan.

Mengapa kita perlu berdakwah? Sebab Islam itu adalah agama yang sempurna dan kita wajib untuk berkongsi nikmat kesempurnaan itu dengan semua manusia.

Sebab itulah kita perlu bekerja bersungguh-sungguh. Apabila Islam tertegak di atas muka bumi dan memerintah bumi ini, aman dan makmurlah segala-galanya, ekosistem kembali seimbang dan dunia akan menjadi tempat paling baik untuk didiami.

Faham tak sekarang mengapa kita perlu berdakwah? Tapi persoalannya macam mana hendak memulakan dakwah? Macam mana, kita akan bincangkan dalam artikel yang akan datang

Marilah sama-sama membabitkan diri kita bersama mereka yang dipilih Allah untuk menjadi penyambung tugas nabi.

Sumber: Harian Metro
tazkirah ustaz Mohd Zawawi Yusoh
2010/04/23

Maksiat lemahkan hati, hilang berkat


DOSA bukan perkara kecil. Hari ini ramai orang memandang remeh soal dosa. Sesetengah umat Islam kini bukan saja tidak takut berbuat dosa malah seronok pula melakukannya. Menurut Ibnu Qayyim, akibat yang akan menimpa pelaku maksiat antaranya:
1. Maksiat akan menghalang diri daripada mendapatkan ilmu pengetahuan. Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Ketahuilah, kemaksiatan dalam hati dapat menghalang serta memadamkan cahaya itu.
2. Maksiat menghalang rezeki. Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkan ketakwaan bererti menimbulkan kefakiran.
Rasulullah s.a.w bersabda, "Seseorang hamba dicegah daripada rezeki akibat dosa yang dibuatnya." (HR Ahmad).
Justeru, kita perlu meyakini takwa adalah penyebab datangnya rezeki serta memudahkan rezeki kita. Jika saat ini kita berasakan betapa sulitnya mendapatkan rezeki Allah, maka tinggalkan kemaksiatan! Jangan kita penuhi jiwa kita dengan debu maksiat.
3. Maksiat membuat kita jauh daripada Allah. Diriwayatkan ada seorang lelaki mengeluh kepada seorang arif berkenaan kesunyian jiwanya. Arif itu berpesan, "Jika kegersangan hatimu akibat dosa, maka tinggalkanlah perbuatan dosa itu."
4. Maksiat membuat sulit semua urusan kita. Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap gelita. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki dan kebencian makhluk.
5. Maksiat melemahkan hati dan badan. Kekuatan seorang mukmin terpancar daripada kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat, maka kuatlah badannya.
6. Maksiat menghalang untuk kita taat. Orang melakukan dosa dan maksiat cenderung untuk tidak taat. Orang yang berbuat maksiat seperti orang yang satu kali makan, tetapi mengalami sakit berpanjangan.
7. Maksiat memendekkan umur dan menghapus keberkatan. Pada dasarnya, umur manusia dihitung daripada masa hidupnya. Imam Nawawi hanya diberi usia 30 tahun oleh Allah s.w.t. Meskipun hidupnya pendek, namun berkat. Kitab Riyadhush Shalihin dan Hadits Arbain yang ditulisnya memberinya keberkatan dan usia yang panjang, sebab dibaca oleh manusia dari generasi ke generasi hingga saat ini dan mungkin generasi yang akan datang.
8. Maksiat menumbuhkan maksiat lain. Seorang ulama salaf berkata, jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka hal itu akan mendorongnya melakukan kebaikan yang lain dan seterusnya. Oleh itu, berhati-hatilah. Jangan sesekali cuba melakukan maksiat kerana ia akan menyebabkan 'ketagihan' dan sukar untuk berhenti jika ia menjadi satu kebiasaan.
9. Maksiat mematikan bisikan hati nurani. Maksiat melemahkan hati daripada kebaikan dan menguatkan kehendak melakukan maksiat lain. Itulah akibat maksiat. Tidak ada lagi rasa malu ketika berbuat maksiat. Jika orang sudah biasa berbuat maksiat, dia tidak lagi memandang perbuatan itu sebagai sesuatu yang buruk. Tidak ada lagi rasa malu melakukannya. Bahkan dengan bangga menceritakan perbuatan maksiat yang dilakukannya kepada orang lain.

Friday, August 6, 2010

Wasiat Lukman al-Hakim

Bapa memikul tugas amat berat untuk memelihara kebahagiaan keluarga. Dalam melaksanakan tugas itu, bapa perlukan petua kerana ia memainkan peranan penting dalam mendidik anak. Wasiat Lukman al-Hakim adalah yang perlu sentiasa dipegang kerana petua ini dinukilkan dalam al-Quran. Ia adalah sumber terbaik untuk diambil hikmahnya dalam hal berkaitan pendidikan anak.


Al-Quran menghidangkan petua dan wasiat bagaimana Lukman mendidik anaknya dalam satu surah khusus diberi nama surah Lukman, khususnya dalam ayat 13 hingga 19. Justeru, kita perlu mengenali Lukman supaya kita boleh mencontohi beliau. Bagaimana Lukman mencapai makam yang mulia ini, menurut Imam Ibnu Jarir daripada Amru Ibnu Qais, seorang lelaki pernah menyoal Lukman mengenai perkara itu.

Lukman menjawab: “Semua itu adalah kehendak Ilahi. Bagaimanapun, aku sentiasa menunaikan amanah yang dibebankan ke atas diriku. Aku juga sentiasa bercakap benar dan aku menjauhi setiap perkara yang tidak mendatangkan faedah bagiku.”


Itulah jawapan Lukman al-Hakim ketika ditanya bagaimana beliau mampu mencapai makam yang tinggi sehingga menjadi contoh di kalangan masyarakat ketika itu, malah sampai ke hari ini.


Ramai di kalangan ibu bapa tidak mengetahui bahawa ‘wasiat’ yang diberikan Lukman al-Hakim kepada anaknya itu adalah teknik khusus untuk golongan bapa dalam mendidik anak.

Sekiranya teknik ini diamati lalu dipraktikkan dalam kehidupan seharian, nescaya anak akan lahir sebagai Muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah..


Abd Rahman Hassan Al-Maidani berkata menerusi bukunya Fiqh Dakwah, bahawa di sana ada 14 jenis permasalahan yang dapat dipelajari melalui kisah Lukman mendidik anaknya menerusi ‘wasiat’ ini.


1] Tauhid Lawannya Syirik. Tidak Mensyirikkan Allah.

Disebutkan dalam wasiat ini, bahawa syirik kepada Allah adalah kezaliman yang amat besar. Mengapa? Kerana ia mengandungi syirik terhadap Rububiyatullah (Allah Yang Maha Berkuasa sebagai Pemelihara alam semesta) dan syirik terhadap Uluhiyatullah (Allah sebagai Ilah, satu satunya Tuhan yang disembah, agungkan diutamakan). Syirik sebesar-besar kezaliman. Zalim pula bererti meletakkan sesuatu bukan di tempat sepatutnya.


Mengapa syirik dikatakan zalim?Sudah disepakati bahawa Allah yang menciptakan makhluk semesta alam dan Dia juga yang menurunkan nikmat. Adakah layak kita samakan kekuasaan Allah ini dengan sesuatu kuasa yang lain? Jika ada di kalangan manusia yang menyamakan kekuasaan Allah dengan kuasa yang lain, maka dia sudah melakukan kezaliman. Allah saja yang layak disembah dan diagungkan kerana apa yang dilakukan-Nya itu tidak mampu dilakukan kuasa lain. Tetapi, jika kuasa lain yang diagungkan, maka inilah kezaliman.


Inilah yang diperkatakan menerusi ayat 13, surah Lukman yang bermaksud: “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah kezaliman yang amat besar.”


02] Syukur.

Lukman mengajar anaknya supaya bersyukur kepada Allah di atas anugerah nikmat-Nya yang tidak terhitung luas dan banyak. Kesyukuran mengandungi erti balasan perbuatan indah dan baik dengan perbuatan juga baik dan indah.Termasuk di dalam erti kata syukur ini ialah beribadah kepada-Nya dengan melakukan ibadat yang disyariatkan, mendekatkan diri kepada-Nya, menuntut keredaan-Nya dan memuji-Nya serta menghadapkan diri dengan berdoa kepada-Nya yang Maha Esa.


Memuji lebih umum daripada bersyukur kerana hak mutlak kepujian itu diberikan ke atas yang dipuji apabila bersifat dengan sifat yang baik, hatta yang dipuji itu tidak melakukan sesuatu kebaikan terhadap pemuji. Dan peringatan kesyukuran kepada Allah ini dikaitkan dengan pembalasan pada kari kiamat. Sekiranya kesyukuran itu kepada Allah, maka akan mendapat balasan pahala dan jika sebaliknya akan mendapat balasan seksaan di atas kekufuran dan keingkaran.Inilah yang diperkatakan melalui ayat 14, surah Lukman yang bermaksud: “Dan kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapanya. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada-Ku tempat kembali.”


03] Mengenang Budi Ibu Bapa.

Lukman mendidik anaknya supaya mengenang budi dan berterima kasih di atas susah payah dan jerit perih ibu bapa membesarkan anak dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan.

Tunaikan hak kedua-duanya terutama kepada ibu kerana ibu bersusah payah bermula dari proses mengandung sehingga melahirkan anak, menyusu sehingga tamat tempoh berakhirnya penyusuan selama dua tahun, membelai dan mendidik siang malam.


Ketaatan kepada ibu bapa (walaupun berlainan agama) adalah wajib kecuali apabila disuruh mengerjakan maksiat dan meninggalkan amal ibadat yang disyariatkan Islam.

Lihatlah tingkatan terima kasih (syukur) yang ditonjolkan melalui wasiat ini di mana terima kasih kepada ibu bapa datang selepas syukur kepada Allah.


Inilah yang diterangkan melalui ayat 14, surah Lukman bermaksud: “Dan kami wasiatkan (perintahkan) kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapanya. Ibunya mengandungnya dengan menderita kelemahan di atas kelemahan dan menceraikan menyusu dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada ibu bapamu! Kepadaku tempat kembali.”


04] Tidak Taat Kepada Arahan Perkara Maksiat.

Lukman mendidik anaknya dengan mencegah anaknya daripada mentaati ibu bapa yang mendesak atau mengajak supaya mensyirikkan Allah dan perbuatan maksiat yang dilarang-Nya. Namun, sebagai anak, ibu bapanya harus dilayani, ditemani dan digauli dalam suasana penuh kebahagiaan dan kasih sayang.Anak juga harus melakukan kebaikan kepada mereka berdua seperti menjaga hal ehwal kewangan, menghormati dan berkhidmat kepada mereka. Inilah yang diterangkan melalui ayat 15, surah Lukman bermaksud: Dan kalau kedua-duanya memaksa engkau supaya menyekutukan Aku, apa yang tiada engkau ketahui, janganlah dituruti; dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan secara patut.”


05] Ikutlah Jalan Orang Soleh.

Lukman menasihati anaknya supaya melalui jalan yang dilalui orang salih iaitu mereka yang kembali bertaut kepada Allah dengan keimanan, ketaatan dan meredah jalan yang lurus.

Mereka yang kembali kepada Allah adalah daripada kalangan rasul, nabi, orang benar dan sesiapa saja yang mengikuti mereka dengan keikhlasan dari kalangan orang mukmin. Inilah yang diterangkan ayat 15, surah Lukman bermaksud: Dan turutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.”


06] Sentiasa Ingat Hari Kiamat Dan Pembalasan.

Lukman berpesan kepada anaknya supaya melakukan ‘pemerhatian’ hari kiamat dan arahan menyuruh dan meninggalkan sesuatu perkara di dalam menongkah arus dunia ini. Inilah yang diterangkan melalui ayat 15 surah Lukman bermaksud: “Nanti kamu akan kembali kepada-Ku dan akan Aku beritakan kepada kamu apa yang kamu kerjakan.”


07] Setiap Amal Akan Dihisab Oleh Allah Maha Mengetahui.

Lukman menerangkan kepada anaknya akan syumul ilmu Allah melewati ilmu manusia. Allah bebas melakukan apa saja tanpa ada halangan, mendatangkan sesuatu yang diinginkan-Nya daripada segenap tempat yang tidak mampu dibuat makhluk. Sesuatu kebaikan, kejahatan, kezaliman dan kesalahan yang diumpamakan seperti berat biji sawi walaupun tersembunyi jauh dalam batu, di hujung langit atau terbenam sedalam di dasar bumi akan didatangkan Allah pada hari kiamat untuk dihisab dan diberi ganjaran dosa atau pahala. Inilah yang diterangkan melalui ayat 16, surah Lukman bermaksud: “(Kata Lukman): Hai anakku! Sesungguhnya jika ada (amal engkau) seberat biji sawi dan ada (tersembunyi) dalam batu, di langit atau di bumi, itu akan dikemukakan oleh Allah dan Allah itu Halus (mengerti hal yang halus) dan Cukup Tahu.”


08] Menjaga Solat.
Lukman menyuruh anaknya supaya menunaikan solat kerana ia difardukan-Nya melalui utusan di bumi (dari kalangan nabi dan rasul). Solat adalah tiang agama, dalil keimanan dan yakinnya hamba terhadap Ilahi, jalan mendekatkan diri kepada-Nya dan membantu mencegah kemungkaran, kekejian dan menyucikan diri. Perkara ini diterangkan melalui ayat 17, surah Lukman bermaksud: “Hai anakku! Dirikanlah solat.”


09] Amar Makruf, Nahi Mungkar.

Lukman menyuruh anaknya berbuat yang makruf dan mencegah kemungkaran. Ini menunjukkan kepada kita bahawa arahan supaya menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran daripada ‘tugasan’ yang terkandung di dalam seruan Ilahi kepada agama Islam sejak dulu lagi. Inilah diterangkan melalui ayat 17, surah Lukman bermaksud: “Suruhlah mengerjakan yang baik, cegahlah perbuatan yang buruk.”


10] Sabar.

Lukman menasihatkan anaknya supaya bersabar di atas segala perkara yang dibenci yang menimpa diri sama ada musibah itu datang daripada Ilahi menguji diri, harta, suami isteri dan anak. Dimulakan wasiat dengan arahan solat dan diakhiri dengan arahan supaya bersabar. Mengapa? Kerana solat tiang agama dan sabar adalah asas kekalnya ketaatan sepanjang masa.

Secara jelas dapat difahami bahawa sabar menahan musibah ini tergolong di dalam perkara yang berhajat kepada kehendak yang kuat daripada tahap keazaman. Firman Allah dalam ayat 17, surah Lukman bermaksud: “Dan berhati teguhlah menghadapi apa yang menimpa engkau; sesungguhnya (sikap) yang demikian itu masuk perintah yang sungguh-sungguh.”


11] Tidak Sombong, Tidak Takbur.

Lukman menasihati anaknya supaya jangan takbur dengan apa-apa pergerakan sekalipun yang menunjukkan kesombongan dan ketinggian diri di depan manusia. Lukman berpesan supaya jangan memaling muka apabila bercakap dengan manusia kerana ia menunjukkan sifat takbur dan menghina (merendah-rendahkan seseorang). Inilah yang diterangkan melalui ayat 18, surah Lukman bermaksud: “Janganlah engkau memalingkan muka engkau dari manusia kerana kesombongan.”


12] Tidak Berlebih-Lebihan.

Lukman menasihati anaknya supaya tidak berjalan di atas muka bumi ini dengan menampakkan keseronokan yang amat sangat. Perkara ini disebut lagi dalam ayat 18, surah Lukman bermaksud: “Dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh! Sesungguhnya Allah tidak mencintai sekalian orang yang sombong dan membanggakan diri.”


13] Bersederhana.

Lukman menasihati anaknya supaya bersederhana ketika berjalan, tidak terlalu perlahan hingga menampakkan kemalasan atau terlalu lambat konon-kononnya ingin dikatakan zuhud.

Tidak terlalu laju sehingga menonjolkan sikap gopoh, tidak cermat, tidak prihatin serta tidak peduli kepada suasana sekeliling. Sikap sederhana dan pertengahan lambang seseorang itu tenang, berakal dan sihat. Inilah yang diterangkan melalui ayat 19, surah Lukman bermaksud: “Dan bersederhana dalam berjalan.”


14] Adab Bercakap Dan Bersuara.

Lukman menasihati anaknya supaya merendahkan suara dan mencukupi suaranya didengari mengikut hajat atau keperluan pendengar. Inilah antara adab bersuara dan bercakap untuk keperluan yang diterangkan dalam wasiat ini, bahawa mengangkat suara tanpa keperluan adalah perkara yang dikutuk dan tidak disukai.

Contoh yang akan diberikan dalam ayat berikut ini bahawa seburuk-buruk suara adalah suara keldai kerana ia awalnya suara mengeluh dan akhirnya suara menguak. Perkara ini dijelaskan lagi dalam ayat 19, surah Lukman bermaksud: “Dan lembutkan suara engkau! Sesungguhnya suara yang amat buruk ialah suara himar.”

Kata Hikmah

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah bahawa Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

Sesungguhnya Allah berfirman: Sesiapa yang memusuhi wali-Ku (orang yang setia kepada-Ku), maka Aku mengisytiharkan perang terhadapnya.

Tiada seorang pun daripada hamba-Ku yang bertaqarrub (beramal) kepada-Ku dengan sesuatu lebih Aku cintai daripada ia menunaikan semua yang Aku fardukan ke atas dirinya.Di samping itu, hendaklah sentiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan nawafil (ibadat sunat) sehingga aku mencintainya.

Apabila Aku sudah mencintainya, nescaya jadilah Aku (seolah-olah) sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya; sebagai penglihatan yang ia melihat dengannya; sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya dan sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya.

Seandainya ia memohon (sesuatu) daripada-Ku pasti akan Aku terima; dan seandainya (pula) ia memohon perlindungan daripada-Ku pasti Aku akan melindunginya.”

(Hadis riwayat al-Bukhari)

Followers

About Me

My photo
Nama Mohammad Faiz Bin Md Nor,Berasal dari Negeri Sembilan,menetap di Seremban,lahir pada 11 march 1988,bersekolah dahulu di Sekolah rendah kebangsaan Senawang,sekolah Menengah Kebangsaan Taman Tuanku Jaafar,Tingkatan 6 di Sekolah Menegah Kebangsaan Seri Pagi dan pernah menuntut di Universiti Kebangsaan Malaysia dalam bidang sejarah...